Kamis, 02 Juni 2011

Benteng Vredeburg Yogyakarta



Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu. Nama Perjanjian Giyanti, karena traktat tersebut disepakati di Desa Giyanti, suatu desa yang terletak di dekat Surakarta. Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum yang terdapat di Yogtakarta, Indonesia. Museum ini memiliki sejarah panjang tentang asal usulnya.

 Musium Benteng Vredeburg dulunya merupakan tangsi militer Belanda yang mulai dibangun pada tahun 1760. Benteng ini terletak di Jl. A. Yani, tepatnya di depan Gedung Agung Yogyakarta. Lokasinya sangat dekat dengan Malioboro. Benteng ini dulunya bernama Rustenburg yang berarti 'Benteng Peristirahatan'. Kemudian diganti nama menjadi Vredeburg yang berarti 'Bentang Perdamaian' setelah selesai dibangun kembali karena rusak akibat gempa besar yang melanda kota Yogyakarta pada tahun 1867.


Pembangunan benteng ini sangat erat kaitannya dengan sejarah kota Yogyakarta. Selepas Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, Mataram dibagi menjadi 2 bagian: setengah masih menjadi hak Kerajaan Surakarta dan setengah lagi menjadi hak Pangeran Mangkubumi. Pada perjanjian itu, Pangeran Mangkubumi diakui sebagai Raja dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah atau lebih sering disebut Sultan Hamengku Buwono I.

Guna menjalankan pemerintahannya, Sultan HB I membangun Kraton dengan membuka hutan Beringin pada tahun 1755. Kraton mulai ditempati Sultan pada tahun 1756, dan mulai membangun bangunan pendukung yaitu benteng pertahanan, Melihat perkembangan pembangunan yang pesat, Belanda merasa khawatir dan meminta izin untuk membangun sebuah benteng pertahanan dengan dalih untuk menjaga keamanan Kraton dan wilayah sekitarnya. Letak benteng yang menghadap ke jalan utama menuju Kraton dan hanya 1 jarak tembakan meriam menjadikan benteng ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai banteng strategi, intimidasi dan juga sebagai blokade apabila sewaktu-waktu ada serangan dari Kraton Yogyakarta.



Pintu gerbang benteng menghadap ke Barat dan dikelilingi oleh parit. Didalam benteng, terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang amunisi, rumah sakit dan juga rumah residen.
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Benteng Vredeburg digunakan sebagai markas tentara Kempeitei, gudang amunisi dan rumah tahanan bagi orang Belanda, Indo Belanda dan juga para politisi RI yang menentang Jepang.
Pada tanggal 9 Agustus 1980 dengan persetujuan Sri Sultan HB IX Benteng Vredeburg dijadikan sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara. Pada tanggal 16 April 1985 dilakukan pemugaran untuk dijadikan museum perjuangan. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1987. Tanggal 23 November 1992 Benteng Vredeburg resmi menjadi museum perjuangan nasional dengan nama “Museum Benteng Vredeburg.
Karena telah difungsikan sebagai museum modern, Benteng Vredeburg memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan. Selain itu terdapat pula empat ruang diorama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.


Museum ini di buka pada hari:
Selasa s/d Minggu: Pukul 08.30-14.00 WIB
Jumat : Pukul 08.00-11.00 WIB
Sabtu-Minggu : Pukul 08.30-12.00 WIB


Tidak ada komentar:

Posting Komentar